Selasa, 17 Desember 2013

Apakah Manajemen Merupakan Sebuah Ilmu?



Apakah Manajemen Merupakan Sebuah Ilmu?

















Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Pasca Sarjana STIEKU


Dosen Pengampu: Ventje G. Rombot, S.E., M.Pd.

Penyusun: Jacub M. Saleh
NEM: 082010014
2010
PENDAHULUAN

Menentukan bahwa suatu bidang kajian merupakan suatu ilmu membutuhkan bahan yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan secara universal dan tingkat ketelitian yang istimewa dari seorang peneliti. Penyusun mencoba menyorot bidang manajemen berdasarkan berbagai sudut  pandang yaitu data, hipotesis, hukum, paradigma, program riset ilmiah, kebebasan ilmuwan, hermeunika  dan dialektika.

Melalui aneka pendekatan ini penulis mengharapkan mampu menguak dengan jelas  dan nyata bahwa sesungguhnya manajemen itu adalah benar sebagai ilmu.

PEMBAHASAN
Proses pembuktian bahwa manajemen memenuhi kriteria sebagai ilmu melalui tahapan sebagai berikut:

1.      Data
Data adalah sesuatu yang telah dikenal dikenal dan berdasarkan itulah kesimpulan dapat ditarik, sesuai dengan pengertian dalam Oxford Englisah Dictionary “ Data are things certainly known (from which conclusions may be drawn ). Menurut Conant ilmu pengetahuan memfokuskan dirinya pada data, sedangkan Kant menyatakan bahwa ilmu pengetahuan didefinisikan sebagai suatu sistem pengetahuan berdasarkan data. 
Di dalam manajemen  terdapat data yang diperlukan yang berasal dari  berbagai sumber  misalnya manusia (human), modal (capital), pengelolaan (managerial), dan teknologi (technological) yang merupakan masukan (input) sedangkan data yang menjadi keluaran  (output) adalah berupa produk, pelayanan, keuntungan, kepuasan, keterpaduan tujuan dan lain-lainnya. Secara lebih umum pengertian data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan fakta.
Berdasarkan catatan di atas maka teranglah bahwa manajemen mempunyai salah satu persyaratan sebagai ilmu yaitu berupa data, yang selanjutnya data ini akan dianalisis melalui proses pengolahan data yang telah ditentukan  metodenya.


2.       Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara  terhadap permasalahan yang  sedang   diteliti atau dengan kata lain jawaban tersebut harus diuji kebenarannya, hal ini sesuai dengan  pernyataan “karena ilmu hanya bisa memberikan jawaban sementara yang harus diuji secara baru dan kuat serta  proposisi ilmiah selalu bersifat hipotesis; ia dibangun untuk diuji berdasarkan pengalaman. Adapun hal yang perlu diuji adalah apakah data yang menunjuk hubungan antara variable penyebab dan variable akibat serta adanya data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada, memang ditimbulkan oleh penyebab itu; ataupun adanya data yang memperlihatkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bisa menimbulkan akibat tersebut.
Di dalam bidang manajemen hubungan kausalitas antara data masukan dan data  keluaran dalam periode waktu tertentu dilukiskan dalam konsep produktivitas, yang kemudian konsep produktivitas inilah yang menjadi inti permasalahan dalam bidang manajemen.  Secara ringkas pernyataan produktivitas dapat digambarkan dengan istilah rasio antara output dengan input dalam periode tertentu yang berkenaan dengan kualitas.
Hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti manajemen senantiasa berkenaan dengan konsep produktivitas ini; yang ditinjau dari dua sudut yaitu efektivitas (tercapainya tujuan atau berhasil guna) dan efisiensi atau berdayaguna).  Di dalam operasional dan empirisnya bidang manajemen, hipotesis ini adalah salah satu prinsip dasar manajemen yaitu perencanaa n(planning) sebab perencanaan merupakan kegiatan memilih alternatif yang terbaik, yang kemudian akan diuji melalui tingkat keberhasilannya dalam praktik.
Berlandaskan uraian di atas maka dalam bidang manajemen pun penulis menemukan adanya jawaban sementara (hipotesis) yang berubah bentuk menjadi perencanaan (planning) dalam empiris operasionalnya.

3.       Hukum
Ilmu pengetahuan adalah suatu sistem teoritis yang terdiri dari proposisi-proposisi khusus tentang fenomena empiris yang dapat diamati setiap hari, sedangkan yang dimaksud dengan proposisi itu sendiri adalah merupakan rangkaian pengertian. Dalam proses pembentukan  proposisi terjadi itu terdapat dua hal.
Pertama: Ada pengertian yang menerangkan tentang pengertian yang lain, ada pengertian yang diingkari oleh pengertian yang lain. Contoh: “Manajemen SDM itu berfungsi”. “Berfungsi” menerangkan tentang “manajemen SDM”. Pengertian yang menerangkan itu disebut predikat, sedangkan pengertian yang diterangkan disebut subyek. Kalau dalam proses perangkaian itu terjadi pengingkaran, maka proposisi yang terbentuk menjadi: “Manajemen SDM itu tidak berfungsi”.
Kedua: Dalam proses pembentukan proposisi itu sekaligus terjadi pengakuan bahwa manajemen SDM itu memang berfungsi, atau bahwa manajemen SDM itu memang tidak berfungsi. Jelaslah, bahwa proposisi itu mengandung sifat benar atau salah, sebaliknya pengertian tidak ada hubungannya dengan benar atau salah, pengertian tidak benar tidak salah.
Hal yang dinyatakan di dalam proposisi seperti di atas adalah fakta, yaitu observasi yang dapat diverifikasi atau diuji kecocokannya  secara empirik dengan menggunakan indera (an empirically verifiable observation). Yang benar adalah proposisi karena adanya kesesuaian antara subjek dan predikat: proposisi itu konsisten. Yang logis adalah penalaran, yang berarti penalaran itu mempunyai bentuk yang tepat: penalaran itu sahih.
Penjelasan Hempel melihat bahwa penjelassan ilmiah memiliki struktur logis yang deduktif. Ia menyebutnya struktur penjelasan deduktif nomologis, artinya suatu penjelasan deduktif di bawah hukum yang bersifat universal.
Dalam manajemen juga terdapat bentuk formal dari deduksi yang terdiri atas proporsi-proporsi kategorik, misalnya,
Setiap organisasi memanfaatkan manajemen agar tercapai tujuannya secara berdayaguna (proposisi umum).
Taman Ismail Marzuki adalah adalah salah satu bentuk sebuah organisasi (proposisi khusus).
Taman Ismail Marzuki memanfaatkan manajemen agar tercapai tujuannya secara
berdayaguna (kesimpulan).
Untuk mencapai dayaguna dan hasilguna bidang manajemen dalam melaksanakan proses kegiatannya memanfaatkan matematika (proses berpikir deduktif), statitika (proses berpikir induktif) dan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan pihak lain. Ketiga unsur yang disebut terakhir ini sudah tentu harus memenuhi hukum yang berlaku secara universal dalam mengoperasionalkannya.

4.       Paradigma
Pengertian paradigma adalah  aturan  yang mengendalikan proses  penelitian ilmiah, suatu teori yang dipergunakan untuk menerangkan fakta sehingga seorang ilmuwan dengan mudah mempraktikkan hukum ilmiah dalam situasi yang berbeda-beda. Paradigma dapat dilihat sebagai dasar dari bagi penelitian ilmiah, tempat pengertian dan definisi ilmiah dibentuk dan berkembang, dan tempat seluruh pemikiran dasar tentang dunia dikembangkan secara dinamis.
Paradigma dalam bidang manajemen lahir ketika manusia menghadapi suatu permasalahan yang tidak dapat dipecahkan secara perseorangan sehingga perlu bantuan dan kerjasama dengan orang lain. Usaha pembentukan kelompok serta pengorganisasian berbagai kelompok berkembang pesat dalam masyarakat, mengakibatkan peran, fungsi dan tugas seorang manajer semakin penting.
Manajemen adalah proses merancang dan memelihara sebuah lingkungan tempat sekelompok orang, bekerjasama dalam grup, untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Sesuai dengan perkembangan situasi dan permasalahan yang dihadapi maka ilmu dan praktik manajemen pun mengalami perubahan, sejak F.W. Taylor (1856-1915) sampai dengan sekarang, maka hal ini tentu saja mempengaruhi dan membentuk paradigma manajemen yang baru.

5.       Program Riset
Program riset ilmiah adalah sejumlah tahap yang dilalui setiap teori atau gagasan dasar untuk menjadi semakin lama semakin matang, inti dari setiap program riset ilmiah yang berupa gagasan dasar yang terdiri dari asumsi-asumsi dasar yang tidak dapat dipersoalkan lagi (kebal terhadap kritik); Lakatos menamakan ini sebagai “inti dasar” ilmu pengetahuan.
Menurut filsafat Yunani, tugas  ilmu pengetahuan adalah mencari logos yang mendasari keteraturan alam semesta. Hal ini mendorong Lakatos menghindari dua kesalahan yang sering dipikirkan dalam filsafat-filsafat ilmu sebelumnya, yaitu apriorisme ilmiah dan subjektivisme ilmiah. Tugas utama ilmu pengetahuan adalah mengidentifikasi  program riset dari setiap teori sehingga jelas perbedaan antara inti pokok dengan hipotesis pendukungnya.
Perkembangan ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa perkembangan inti dasar ilmu pengetahuan masih diperlukan.
Larry Laudan mengusulkan agar pengertian “program riset ilmu pengetahuan” diganti dengan istilah “tradisi riset ilmu pengetahuan” dengan maksud agar seluruh entitas dan proses ilmu pengetahuan yang membentuk suatu tradisi sehingga diterima masyarakat dan sekaligus juga dapat dikritik. Tradisi ilmiah ini mempunyai fungsi heuristic, fungsi verifikasi suatu hipotesis dan fungsi ontologis.
Dalam bidang manajemen pun memenuhi persyaratan  sesuai catatan di atas seperti konsep yang jelas, teori dan akumulasi pengetahuan melalui pengembangan hipotesis, percobaan dan analisis. Pendekatan keilmuan (scientific approach) dalam manajemen misalnya dapat diamati   peran Teori Manajemen untuk merancang struktur organisasi yang berhasil guna (efektif) terdapat beberapa prinsip yang saling berhubungan dan mempunyai nilai prediktif bagi seorang manajer.
Tahap pematangan teori dan gagasan dasar dalam bidang manajemen misalnya dikemukakan oleh masing-masing ilmuwan;  Frederick W. Taylor, diakui sebagai  “the father of scientific management) mengemukakan bahwa untuk meningkatkan produktifitas melalui efisiensi yang lebih besar dalam produksi dan menaikkan upah pekerja melalui penerapan metode ilmiah. Prinsipnya menekankan penggunaan ilmu, menciptakan keharmonisan dan kerjasama kelompok, pencapaian keluaran maksimum dan pengembangan pekerja. Henry L. Gantt, menekankan pentingnya kebutuhan akan pelatihan. Frank dan Lilian Gilberth  mengemukakan gagasan dasar tentang studi gerak dan waktu serta aspek manusiawi, pemahaman tentang kepribadian dan kebutuhan pekerja.
Selanjutnya bidang manajemen mengalami perubahan tentang asumsi dasar yang  dikemukakan oleh Henri Fayol yang mendapat gelar sebagai “the father of modern management theory” membagi kegiatan industry kedalam enam kelompok, yaitu; teknik, komersial, keuangan, keamanan, akuntansi, dan manajerial. Merumuskan 14 prinsip manajemen, seperti; pembagian kerja, wewenang dan tanggungjawab, disiplin, kesatuan perintah, kesatuan arah, bawahan keseimbangan keluar-masuk, inisiatif dan semangan korp. Perkembangan manajemen ilmiah selanjutnja menjadi ilmu perilaku (behavioural sciences) yang dipelopori oleh Hugo Munsterberg; Penerapan psikologi ke dalam industri  dan manajemen, Max Weber; Teori Birokrasi, serta Elton Mayo bersama F.J. Roethlisberger meneliti tentang Pengaruh Hubungan dan Perilaku Sosial terhadap kinerja kelompok. Mazhab terakhir adalah Teori Sistem yang diciptakan oleh Chester Bernard dengan asumsi dasar bahwa tugas manajer adalah memelihara sebuah sistem usaha bersama dalam satu organisasi formal. Ia mengemukakan sebuah pendekatan sistem sosial  yang komprehensif dalam manajemen.  Kemudian muncul  pemikir modern dalam manajemen yang tak terhingga kontribusinya dalam pengembangan manajemen itu sendiri seperti; Chris Argyris, Robert R. Blake, Ernest Dale, Peter f. Drucker, Robert Waterman dan lain-lainnya.
Demikianlah, bidang manajemen telah mengalami tahapan program riset ilmiah sesuai dengan tantangan perubahan dari waktu ke waktu agar tercapai sasaran yang menjadi tugas utamanya yaitu keberdayagunaan dan keberhasilgunaan, sehingga setiap program penelitian ilmiah bidang manajemen telah mengikuti tradisi yang memiliki fungsi-fungsi heuristik, verifikatif, dan ontologis.

6.   Kebebasan Ilmuwan.
Kebebasan para ilumuwan sangat erat kaitannya dengan perkembangan ilmu, sementara perkembangan ilmu itu sendiri ditentukan oleh bagaimana ia diterima dalam masyarakat dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat.
Dalam bidang manajemen pemanfaatan manajemen sebagai ilmu maupun penerapannya telah dilakukan oleh Frederick W. Taylor (1856-1912) di Midvale Steel Company Philadelphia dan ia berprofesi sebagai konsultan dan sebagai dosen  serta mendapatkan gelar “Bapak Ilmu Manajemen”, kemudian dilanjutkan oleh generasi ilmuwan manajemen hingga kini; seperti Henri Fayol seorang indusrialis Prancis yang diberi gelar “the father of modern operatioanal-management theory”.
Tentu saja ilmu pengetahuan manajemen mengalami proses perkembangan seperti yang disampaikan oleh Kuln yaitu fase pertama adalah fase percobaan dan penemuan yang dirintis oleh para ilmuwan amatir, fase kedua adalah fase munculnya suatu paradigm, suatu fase yang biasa ditandai oleh perkembangan teori dasar sampai mencapai tingkat kematangannya, serta fase ketiga adalah fase pendanaan penelitian ilmiah terapan; dalam fase ini perkembangan ilmu diukur dengan  kriteria kegunaannya dalam masyarakat. Bidang ilmu manajemen pun telah diterapkan untuk kepentingan dalam berbagai bidang kehidupan seperti ekonomi, politik, sosial dan lain-lainnya. Sesuai dengan pendapat Feyerabend maka manajemen pun memiliki teori yang berbicara tentang realitas yang independen karena setiap inerprestasi terhadap fakta ditentukan oleh teori yang dipegang, dan interpretasi tersebut akan selalu mengalami perubahan jika teori yang dianut memang berubah; teori yang baik harus memiliki korespondensi dengan realitas. Para ilmuwan bidang manajemen pun telah tercatat mempunyai cita-cita intelektual yang mengandung sikap kritis dan kejujuran ilmiah.
Kebebasan ilmu pengetahuan semakin bertambah dengan adanya kebebasan masyarakat modern dewasa ini, karena setiap warga, setelah belajar dapat mengemukakan pikirannya sendiri dan mengambil keputusan yang paling baik bagi dirinya. Menurut Feyerabend masyarakat harus menjamin agar setiap orang memiliki kebebasan dan agar setiap orang tidak ditekan oleh semua bentuk ideologi, termasuk dalam hal ini ilmu pengetahuan.
Kebebasan yang dimiliki para ilmuwan manajemen dan ilmu pengetahuan manajemen khususnya dapat diperoleh sebab masyarakat dari waktu ke waktu telah membuktikan bahwa dengan diterapkannya konsep, teori, dan prinsip manajemen dalam setiap kegiatannya selalu berdayaguna dan berhasilguna.

7.   Hermeneutika
Hermeunika adalah metode untuk menafsir dan memahami teks dan memahami struktur pemahaman. Dalam bidang manajemen para pelakunya setiap saat berhubungan dengan teks, sedangkan teks ini mengandung pemahaman dan struktur pemahamannya sendiri, maka kemampuan berhermeuneutik ini sangat diperlukan.
Jika ilmu-ilmu alam memusatkan perhatiannya pada hukum-hukum alam yang berlaku umum, ilmu-ilmu sosial memusatkan perhatian pada manusia dan motif-motifnya yang dapat berubah-ubah. Dalam hal ini ilmu manajemen sebagai salah satu dari ilmu sosial, berhubungan dengan manusia sebagai salah satu dari input dalam proses produksi ataupun sebagai yang berkepentingan dengan organisasi (stakeholder). Pihak manajemen harus mengetahui kemampuan yang dimiliki pelaku organisasi khususnya karyawan berupa sumber daya manusia agar mampu disumbangkan dalam proses proses pencapaian tujuan organisasi.
Memahami struktur pemahaman sebuah teks merupakan kegiatan khas hermeneutika dengan memanfaatkan metode penafsiran tertentu. Pertanyaan utama yang diajukan dalam metode ini adalah bagaimana sebuah teks yang memiliki konteks historis jauh se belumnya dapat dibaca dan dapat dibaca dewasa ini. Dalam bidang manajemen setiap peserta organisasi senantiasa berusaha memahami sejarah kelahiran organisasinya dan hendaknya mengenal rekan sekerja agar dapat bekerjasama dalam satu tim. Sesuai dengan pendapat bahwa manusian adalah makhluk bersejarah, dalam arti ia tidak hanya memiliki sejarah tetapi ia sendiri adalah pencipta sejarah. Jadi sejarah memang menjadi ciri hakiki manusia. Manusia adalah makhluk psikosomatis yang dapat menciptakan dan menentukan dirinya dalam sejarah, melalui masa lampau dan masa sekarang yang ia miliki. Dalam bidang manajemen berpandangan yang setara bahwa seorang peserta organisasi telah pengalaman dan akan memperoleh pengalaman yang baru sebagai hasil dari pelaksanaan tugasnya. Hal inipun didukung pulan oleh pandangan Gadamer bahwa pemahaman merupakan suatu proses holistik yang terjadi dalam suatu siklus hermeneutik antara bagian-bagian teks dan pandangan seseorang (dengan seluruh dimensi personal, historis, dan sosial) tentang teks tersebut dengan keseluruhan. Dalam hal ini manajemen memandang bahwa seseorang anggota organisasi telah memiliki fakta sosial masing-masing sebagai hasil dari interaksi sosialnya sejak lahir. Ini berarti seorang peneliti  dalam bidang ilmu pengetahuan (akademisi) maupun manajer dalam manajemen harus memandang teks secara objektif (apa adanya) sebagai realitas  dan bersikap “open minded” dan tidak berprasangka. Sikap seperti ini dipraktekkan oleh manajemen dalam proses penilaian prestasi kerja (performance appraisal) karyawan, sehingga hasil penilaian tersebut dinilai adil oleh bawahan maupun atasan.
Demi memperluas horizon para karyawan yang sifatnya pemahamannya tentang realitas selalu berada dalam satu fusi; suatu gabungan antara horizon masa sekarang dan horizon masa lampau, maka mereka harus selalu mengikuti pendidikan dan latihan sesuai dengan bidang keahliannya sebab perkembangan teknologi demikian cepatnya.

8.   Dialektika
Dialektika adalah metode untuk mencapai sintesis konseptual, dan yang menjadi pertanyaan ialah bagaimana dialektika dapat menghasilkan sebuah pemahaman konseptual; dan apakah pemahaman satu sama lain itu merupakan sebuah sintesis konseptual yang dapat dinilai benar atau tidak. Plato menggunakan dialektika sebagai metode untuk melahirkan konsep-konsep baru, dan agar pengetahuan  konseptual itu lebih pasti dan jelas ia menyebutnya “episteme”. Melalui metode ini setiap orang diharapkan dapat mencapai suatu pemahaman konseptual, saling mengenal satu sama lain dan pemahaman tersebut harus bertujuan membangun sebuah pengertian konseptual yang lebih baik. Dalam bidang manajemen proses seperti ini dapat dijumpai ketika para peserta organisasi sedang mengadakan berbagai jenis rapat; di dalam rapat tersebut beberapa hadirin mengemukakan berbagai pendapat yang diharapkan berbeda sehingga darinya dapat diambil kesimpulan terbaik (bersentuhan dengan kebenaran). Oleh karena itu metode dialektika ini sebenarnya memanfaatkan perbedaan pendapat dan mencoba melihat bagaimana metode ini mencapai pemahaman konseptual yang semakin lama semakin jelas. Keputusan para manajer adalah merupakan sebuah sintesis antara berbagai jenis pemikiran dan pertimbangan yang sebelumnya saling bertentangan.
Proses dialektika ini dapat terjadi terus-menerus tidak mengenal akhir hingga tercapainya kebenaran ilmiah yang bersifat kumulatif dan tentative dengan memenuhi persyaratan koheren, koresponden dan pragmatis. Setiap isi keputusan yang diambil oleh manajer pada masing-masing tatarannya telah melalui proses tesis, anti tesis dan sintetis sehingga dalam operasionalnya berdayaguna dan berhasilguna serta mencapai produktifitas yang signifikan tinggi.

PENUTUP
Berdasarkan penjelasan di atas maka manajemen dapat dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan sebab memiliki sifat-sifat sebagai berikut;
1.       Universal, kebenaran dalam ilmu manajemen berlaku umum artinya tidak dibatasi oleh wilayah geografis maupun waktu sesuai dengan hukum alam.
2.       Objektif, artinya kebenaran dalam ilmu manajemen diperoleh berdasarkan data dan fakta empiris yang dapat diukur tingkat validitas maupun reliabilitasnya.
3.       Sistematis, artinya kebenaran dalam ilmu manajemen terbentuk dari bagian-bagian yang bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi masing-masing saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya dan merupakan satu kesatuan yang utuh. Ilmu manajemen pun mengandung paradigma tertentu, konsep, teori, prinsip tersendiri.
4.       Metodis, artinya kebenaran dalam ilmu manajemen dapat dipelajari dan diajarkan melalui melalui cara tertentu misalnya dialektika, kebebasan ilmiah, program riset sesuai dengan tingkat kesulitannya masing-masing.
5.    Kumulatif, artinya ilmu manajemen yang mutakhir ini merupakan pengembangan dan lanjutan dari penemuan tokoh-tokoh manajemen sebelumnya. Permasalahan yang timbul dalam masyarakat semakin rumit maka pihak ilmu manajemen harus menemukan hermeunika dan dialektika yang tepat.
6.    Tentatif, artinya kebenaran dalam ilmu manajemen bersifat relatif artinya teori yang telah ada dan diakui kebenarannya dapat diganti oleh teori yang baru yang lebih tepat. Hal ini bisa terjadi karena adanya kebebasan dalam berilmu pengetahuan dan para ilmuwannya sendiri hidup dalam masyarakat modern yang bebas berekspresi saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Catatan Harian Kuliah Filsafat Ilmu Pasca Sarjana STIEKU Jakarta, 2010
Dua, Mikhael, 2007, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Maumere, Ledalero
Hornby, A.S., Oxford English Dictionary, England, 1962


Tidak ada komentar:

Posting Komentar